Situasi semakin memanas ketika Raja Abdullah II ditanya tentang gagasan mendirikan resor mewah di Gaza. Sambil menahan diri dari memberikan tanggapan substansial tentang usulan tersebut, Raja Abdullah tetap menegaskan bahwa Yordania bersedia menerima 2.000 anak Gaza yang menderita penyakit serius seperti kanker. Ini menunjukkan sikap kemanusiaan Yordania di tengah ketegangan politik.
Melalui media sosial, Raja Abdullah mencurahkan pandangannya bahwa pemindahan warga Palestina dari Gaza serta Tepi Barat tidak dapat diterima. “Posisi Arab harus bersatu. Membangun kembali Gaza tanpa memindahkan warga Palestina dan mengatasi krisis kemanusiaan harus menjadi prioritas kita semua,” demikian tulis Raja Abdullah di platform X.
Hanya menghuni Yordania, terdapat lebih dari 2 juta warga Palestina, menjadikan negara tersebut sebagai salah satu rumah terbesar bagi mereka. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan pekan lalu bahwa Yordania tidak akan bergeming dari penolakannya terhadap ide Trump untuk merelokasi warga Gaza. Penolakan ini terinspirasi oleh kekhawatiran akan dampak negatif terhadap solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.