Sultan Ibrahim bukan hanya memiliki kekayaan material yang luar biasa, tetapi juga pendidikan yang memadai. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Sekolah Hukum dan Fetcher di Universitas Trufts Amerika Serikat, serta menyelesaikan kursus tentang studi strategis Asia Tenggara dan Hukum Laut Internasional. Pendidikan yang ia dapatkan dari universitas ternama ini membekali Sultan Ibrahim dengan pengetahuan dan wawasan yang mendalam tentang isu-isu penting yang berkaitan dengan negara dan wilayahnya.
Kehadiran Sultan Ibrahim juga menjadi representasi dari keunikan negara Malaysia sebagai monarki konstitusional dengan pengaturan unik. Tahta akan berpindah tangan setiap lima tahun antara penguasa sembilan negara bagian Malaysia yang dipimpin keluarga kerajaan Islam. Meskipun hanya memiliki peran seremonial, posisi raja dalam beberapa tahun terakhir memang cukup penting, terutama dalam keputusan-keputusan besar yang memengaruhi pemerintahan dan kebijakan di Malaysia.
Raja Sultan Ibrahim juga memiliki peran dalam menunjuk perdana menteri, terutama dalam situasi di mana pemerintahan dan parlemen mengalami ketidaktegasan setelah kekalahan Perdana Menteri Najib Razak. Pengaruh dan keterlibatan raja dalam keputusan politik menunjukkan betapa pentingnya institusi monarki dalam menjaga stabilitas dan ketertiban di Malaysia.
Dengan adanya raja baru yang memiliki latar belakang dan kepribadian yang unik seperti Sultan Ibrahim, dapat diharapkan bahwa Malaysia akan terus menjaga kestabilan dan kemakmuran, serta memperkuat citra sebagai negara dengan monarki yang modern dan berperan aktif dalam pembangunan negara. Penampilan Sultan Ibrahim yang eksentrik juga dapat menjadi daya tarik wisata dan mendukung industri pariwisata Malaysia. Keunikan sosok Sultan Ibrahim sebagai raja miliarder dengan sisi eksentriknya memberikan daya tarik tersendiri bagi dunia internasional dalam memahami dinamika monarki di Malaysia.