Di sisi lain, Ukraina dan sejumlah sekutunya menyatakan bahwa Putin tidak menunjukkan tanda-tanda kesiapan dalam mengakhiri invasi dan melakukan negosiasi untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menegaskan bahwa negaranya tidak akan menerima konflik yang berkepanjangan atau menukar wilayah dengan perdamaian, meskipun beberapa sekutu mulai mendesaknya untuk mengurangi beberapa persyaratan demi mengakhiri perang.
Seiring dengan itu, Putin mengungkapkan bahwa dia melihat perubahan dalam pandangan negara-negara Barat terkait konflik tersebut. "Kemarin, mereka mengatakan bahwa perlu untuk mencapai kekalahan strategis bagi Rusia, namun hari ini, retorikanya telah berubah," tuturnya.
Dalam konteks lain, Putin juga menyampaikan bahwa Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memberikannya proposal baru di Kazan untuk memastikan keamanan pelayaran di Laut Hitam, meskipun dia menyatakan bahwa ia belum sempat mempelajarinya.
Dalam situasi yang berkembang, pernyataan Putin ini menunjukkan sikap tegas Rusia dalam menegakkan kepentingan nasionalnya yang dianggapnya relevan dengan kondisi di lapangan. Namun, di sisi lain, pernyataan ini juga memunculkan ketegangan lebih lanjut antara Rusia dan negara-negara Barat, yang mungkin memperumit upaya penyelesaian konflik di Ukraina.
Dilihat dari sisi politik, sikap Putin yang menegaskan ketegasan Rusia dalam menghadapi konflik di Ukraina mempertegas posisi politik luar negeri negaranya. Secara historis, konflik di Ukraina telah memicu ketegangan besar antara Rusia dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa.