Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengonfirmasi bahwa ia menyetujui serangan mematikan perangkat komunikasi Hizbullah di Lebanon pada bulan September 2024. Hal ini merupakan pengakuan pertama kali dari pihak Israel terkait keterlibatannya dalam serangan tersebut.
Sementara itu, Hizbullah secara tegas menyalahkan Israel atas ledakan yang merugikan kelompok militan yang didukung oleh Iran itu. Dalam pernyataannya, Hizbullah bersumpah akan membalas dendam atas serangan tersebut.
Juru bicara Perdana Menteri Israel, Omer Dostri, dalam keterangannya kepada AFP pada hari Senin (11/11/2024) menyampaikan bahwa Netanyahu telah menyetujui operasi pager di Lebanon. Serangan tersebut merujuk pada ledakan pager yang digunakan oleh operator Hizbullah yang terjadi dua hari berturut-turut di sejumlah lokasi seperti supermarket, jalan-jalan, dan pemakaman, pada pertengahan bulan September.
Akibat dari serangan pager tersebut, hampir 40 orang tewas dan hampir 3.000 orang lainnya terluka. Kejadian tragis ini kemudian menjadi pemicu bagi operasi militer yang dilancarkan oleh Israel di Lebanon.
Hizbullah sebelumnya telah melakukan serangan intensitas rendah terhadap Israel untuk mendukung Hamas, yang dimulai setelah serangan sekutunya pada tanggal 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang Gaza. Eskalasi serangan semakin meningkat sejak perang pecah di Lebanon pada akhir September, dengan Israel melakukan serangan udara yang intensif terhadap Hizbullah dan kemudian mengirim pasukan darat ke bagian selatan Lebanon.