Aksi latihan perang China ini ditentang oleh Taiwan, yang menyebutnya sebagai tindakan provokasi yang jelas-jelas ditujukan kepada mereka. Latihan ini dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama setelah Taiwan melantik presiden baru, Lai Ching-te.
Dalam pidato pelantikannya, Lai menekankan pentingnya mempertahankan kebebasan Taiwan, hal ini dianggap China sebagai langkah untuk memisahkan diri dari negara tersebut. Upaya-upaya ini semakin diperparah dengan dilakukannya latihan militer pasca pemilihan presiden yang menjanjikan untuk menjaga demokrasi Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Di sisi lain, pemerintahan AS di bawah Joe Biden dan pemerintahan China sedang berupaya untuk meningkatkan komunikasi guna meredakan perselisihan antara keduanya. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, melakukan kunjungan ke Shanghai dan Beijing.
Namun, perundingan mengenai masalah pertahanan masih tertunda hingga saat Presiden China, Xi Jinping, menyetujui untuk memulai kembali dialog militer selama pertemuan puncak dengan Presiden Biden di California pada bulan November.
Selain bertemu dengan pejabat dari China, Austin juga dijadwalkan untuk melakukan perjalanan ke Kamboja guna berdialog dengan para menteri pertahanan dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN. Setelah itu, dia akan mengakhiri kunjungannya di Prancis dan bergabung dengan Presiden Biden untuk merayakan peringatan 80 tahun hari D-Day.