Di tengah ketegangan ini, Elon Musk tampaknya berusaha menurunkan suhu konflik dengan menghapus beberapa unggahan yang berisi kritik pedas terhadap Trump, termasuk yang mendukung gagasan pemakzulan mantan presiden tersebut. Salah satu postingan yang dihapus adalah respons terhadap pengguna media sosial yang bertanya tentang siapa yang akan menang antara Trump dan Musk, di mana Musk sempat menjawab singkat dengan "Ya."
Dalam sebuah podcast yang dipandu oleh Theo Von, JD Vance, seorang rekan Trump dari Partai Republik, menyebut tindakan Musk sebagai kesalahan besar. "Aku selalu loyal kepada Presiden, dan semoga suatu saat Elon bisa kembali ke lingkaran. Namun, sekarang sepertinya sudah terlalu jauh," ungkap Vance.
Trump sebelumnya pernah mengandalkan Musk untuk memimpin upaya efisiensi pemerintahan AS dengan target pemangkasan anggaran. Namun, hasilnya ternyata jauh dari yang diharapkan, yakni hanya mampu memangkas sekitar 0,5% dari total anggaran. Saat ini, tampaknya hubungan antara dua tokoh terkemuka ini telah benar-benar renggang. Trump dijadwalkan menghadiri acara pertandingan UFC di New Jersey pada malam Sabtu mendatang, namun Musk dipastikan tidak hadir di acara tersebut, menandakan semakin besarnya jurang antara keduanya.