Perang Yom Kippur, atau disebut juga Hari Penebusan atau Hari Pendamaian (Hari Grafirat) merupakan perang yang terjadi pada Oktober 1973. Mesir dan Suriah diam-diam menyerang Israel dengan menyebrangi Terusan Suez dan menyerbu Dataran Tinggi Golan. Mereka menyerbu Israel di kala lengah, membawa kekalahan dan banyak korban jiwa di Negara Zionis.
Motif serangan tersebut adalah untuk mengambil alih kembali wilayah Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya direbut oleh Israel. Selain itu, terdapat motif balas dendam karena kekalahan dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Keterlibatan Amerika Serikat membuat Kairo dan Damaskus kalah. Namun, negara-negara Arab kemudian bertindak dengan memberlakukan embargo minyak sebagai tindakan balasan.
Penguatan pertahanan udara Mesir ini adalah tanda potensial akan terjadi Yom Kippur Jilid II di depan mata. Dengan adanya persiapan yang serupa dengan perang tahun 1973, hal ini membangkitkan kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi konflik di Timur Tengah. Mesir, dengan kekuatan pertahanan udaranya yang ditingkatkan, dapat menjadi faktor penting dalam dinamika politik dan keamanan di kawasan tersebut.
Kekuatan udara adalah aset penting dalam konflik militer modern. Penguatan pertahanan udara Mesir yang dilaporkan terkait erat dengan kecenderungan meningkatnya persaingan di Timur Tengah. Pasukan Mesir yang siap secara ofensif dalam sebuah misi yang tidak terduga dapat menciptakan ketegangan baru dalam hubungan antarnegara di kawasan tersebut.