Sejak saat itu, banyak insiden bentrokan bersenjata yang terjadi secara sporadis, menewaskan tentara dan warga sipil di kedua belah pihak. Awal pertempuran yang baru-baru ini terjadi dipicu oleh tewasnya seorang tentara Kamboja dalam bentrokan yang berlangsung pada bulan Mei. Situasi ini membuat hubungan bilateral Thailand-Kamboja memasuki fase paling tegang dalam lebih dari satu dekade terakhir. Dalam dua bulan terakhir, kedua negara bahkan menerapkan beragam pembatasan di perbatasan masing-masing.
Kamboja mengambil langkah drastis dengan melarang semua bentuk impor dari Thailand, termasuk buah-buahan dan sayuran, serta menghentikan pasokan layanan listrik dan internet. Tidak hanya itu, baik Thailand maupun Kamboja juga meningkatkan kehadiran pasukan militer di sepanjang perbatasan mereka sebagai langkah mitigasi.
Riwayat keretakan antara kedua negara ini bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa tahun yang lalu, pada 1958 dan 1961, Kamboja bahkan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Thailand terkait sengketa atas Kuil Preah Vihear. Ketegangan juga pernah memuncak pada tahun 2003 ketika terjadi kerusuhan di Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh, yang membuat Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong sebagai balasan.
Pada tahun 2008 dan 2011, bentrokan bersenjata kembali terjadi di kawasan Kuil Preah Vihear. Tak hanya itu, pada tahun 2009, Thailand menurunkan tingkat hubungan diplomatiknya sebagai respons terhadap dukungan Kamboja kepada Thaksin Shinawatra yang saat itu sedang diasingkan.