Geopolitik dan Ketidakstabilan Politik
Minyak sering disebut sebagai "komoditas politik". Geopolitik memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan harga. Negara-negara penghasil minyak utama sering kali berada di wilayah yang rentan terhadap konflik atau ketidakstabilan politik, seperti Timur Tengah.
Perang, konflik sipil, atau sanksi ekonomi terhadap negara-negara produsen minyak bisa mengganggu produksi dan jalur distribusi. Contohnya adalah konflik di Timur Tengah atau sanksi terhadap negara-negara seperti Iran dan Venezuela, yang dapat mengurangi pasokan minyak global dan mendorong harga naik. Investor dan spekulan pasar cenderung bereaksi cepat terhadap ketidakpastian politik, yang semakin mempercepat fluktuasi harga. Setiap ketegangan politik baru dianggap sebagai risiko potensial terhadap pasokan, sehingga harga langsung melonjak.
Spekulasi Pasar dan Valuasi Dolar AS
Selain faktor fundamental, spekulasi di pasar komoditas juga punya andil besar. Pedagang dan investor di bursa komoditas berinvestasi pada kontrak berjangka minyak, berharap mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga di masa depan. Pergerakan spekulatif ini dapat menciptakan "gelembung" harga yang tidak selalu mencerminkan kondisi penawaran dan permintaan yang sebenarnya di lapangan. Sentimen pasar, rumor, dan berita dapat memengaruhi keputusan ribuan trader, yang secara kolektif bisa menggerakkan harga secara signifikan.
Selain itu, nilai tukar dolar AS juga berperan penting. Minyak diperdagangkan dalam dolar AS. Ketika nilai dolar AS melemah, minyak menjadi lebih murah bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain. Hal ini dapat meningkatkan permintaan, yang pada akhirnya mendorong harga minyak dalam dolar AS naik. Sebaliknya, saat dolar menguat, minyak menjadi lebih mahal, permintaan cenderung turun, dan harga ikut jatuh.