Maladewa, yang dikenal sebagai negara kecil di Samudera Hindia dengan mayoritas penduduk beragama Islam, memang sejak lama telah aktif dalam mendukung perjuangan Palestina. Melalui forum-forum internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), negara ini konsisten menyuarakan penolakan terhadap pendudukan dan kekerasan yang dilakukan Israel di wilayah Palestina.
“Maladewa akan terus menyuarakan pentingnya keadilan dan menolak keras pelanggaran hukum internasional. Kami tidak akan diam terhadap tindakan yang mengarah pada genosida dan kekerasan terhadap rakyat sipil,” tegas pernyataan resmi dari Kantor Presiden.
Mendukung Solusi Dua Negara dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina
Tak hanya sampai di situ, Pemerintah Maladewa juga kembali menegaskan dukungan penuh terhadap pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, sesuai dengan batas wilayah sebelum Perang Enam Hari tahun 1967. Dalam hal ini, Maladewa berkomitmen mendukung solusi dua negara yang menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina—sebuah posisi yang juga selaras dengan banyak resolusi yang telah dikeluarkan oleh PBB.
Pernyataan ini juga secara implisit menyampaikan pesan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai dengan mengakhiri penjajahan dan mengembalikan hak-hak dasar rakyat Palestina yang telah lama terampas. Bagi Maladewa, mendukung Palestina bukan hanya persoalan agama atau ideologi, tetapi lebih pada nilai kemanusiaan universal yang harus dijaga bersama.
Reaksi Dunia dan Implikasi Global
Kebijakan Maladewa ini tentu menimbulkan reaksi beragam di panggung internasional. Di satu sisi, negara-negara yang mendukung perjuangan Palestina menyambut baik langkah ini sebagai langkah berani yang menegaskan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Di sisi lain, negara-negara sekutu Israel kemungkinan akan mengecam keputusan ini sebagai bentuk diskriminasi politik.