Fenomena perubahan perilaku konsumen ini dapat kita amati melalui beberapa contoh konkret:
- Secara historis, konsumen Jepang sangat skeptis terhadap rasa dan kualitas beras asing, seperti yang terjadi pada kasus beras Thailand tahun 1993.
- Krisis saat ini telah secara tidak langsung "memaksa konsumen Jepang untuk mengembangkan selera terhadap beras asing."
- Seorang pemilik restoran beralih menggunakan beras California karena harganya masih jauh lebih murah daripada beras lokal.
- Seorang pelanggan mengungkapkan tidak keberatan makan beras impor, sebab ia mencari pilihan yang lebih ekonomis.
Pemilik restoran, misalnya, beralih ke beras California karena harganya lebih murah. Seorang pelanggan pun tidak keberatan dengan beras impor demi harga yang terjangkau. Ini menunjukkan adaptasi yang cepat.
Prospek Impor dan Peluang Pasar Global
Impor beras dari Korea Selatan baru saja dimulai. Volume awal beras yang tiba memang masih relatif rendah. Tahap pertama ini hanya sekitar dua ton beras. Namun, ini adalah awal dari upaya yang lebih besar.
Ada rencana untuk meningkatkan volume impor dalam waktu dekat. Diperkirakan 20 ton beras lagi akan dikirimkan dalam beberapa hari mendatang. Ini menunjukkan adanya komitmen untuk mengatasi krisis stok.
Krisis di Jepang juga membuka peluang pasar baru bagi produsen global. Ada beberapa poin kunci terkait prospek impor ke depannya:
- Impor beras Korea Selatan yang baru tiba masih relatif rendah, tercatat hanya dua ton pada tahap awal.
- Ada rencana untuk mengirimkan 20 ton lagi dalam beberapa hari mendatang, menunjukkan peningkatan volume impor.
- Krisis ini juga menciptakan peluang ekspor bagi produsen beras di negara lain, seperti Amerika Serikat.
Produsen di Amerika Serikat, misalnya, melihat ini sebagai peluang. Mereka dapat memasuki pasar Jepang yang sebelumnya tertutup. Situasi ini bisa mengubah lanskap perdagangan beras global.