Kremlin mengumumkan pada Rabu (4/9/2024) bahwa Rusia akan melakukan penyesuaian pada doktrin nuklirnya sebagai respons terhadap tekanan yang diberikan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya. Ancaman ini dikaitkan dengan situasi perang di Ukraina dan dianggap mengabaikan kepentingan keamanan yang menjadi hak dari pihak Rusia.
Sebagai negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, Rusia merasa perlu untuk melakukan perubahan pada doktrin nuklirnya, yang akan menetapkan kondisi di mana Moskow akan menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap dukungan yang terus meningkat dari pihak Barat terhadap Ukraina yang telah diinvasi oleh Rusia pada tahun 2022.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam penjelasan yang paling terperinci hingga saat ini, secara langsung mengaitkan langkah tersebut dengan "ancaman" yang diciptakan oleh Barat, sambil menyalahkan AS atas penghancuran arsitektur keamanan Eropa pasca-Perang Dingin.
Peskov menilai Barat telah menolak dialog dengan Rusia dan mengambil tindakan yang merugikan kepentingan keamanan Rusia, sambil memicu perang panas di Ukraina."Amerika Serikat adalah dalang dari proses memprovokasi ketegangan," ujar Peskov.