Tampang.com - Seluruh penumpang dan kru KM Dharma Kencana II terselamatkan berkat kesigapan tongkang, perahu nelayan, dan KM Kirana I dalam memberikan pertolongan. Nakhoda Kirana I minta izin penumpang dulu sebelum putar balik untuk menolong.
JARUM jam belum lagi sampai ke angka 4. Tapi, kegaduhan itu langsung membangunkan Anang dari tidur lelapnya.
Dengan mata yang masih sangat berat, dia menengok ke luar kamar. Dari sana rupanya kegaduhan itu berasal: para penumpang KM Dharma Kencana II sudah berlarian dengan panik sembari berteriak, ”Kebakaran, kebakaran.”
Kepanikan pun dengan segera menyergap Anang. Pria 50 tahun asal Semarang, Jawa Tengah, itu bergegas membangunkan sang anak, Yongki. Mereka berdua pun langsung ikut arus penumpang lainnya menapaki tangga darurat menuju bagian atas kapal.
Minggu subuh (29/10) itu asap sudah mulai terlihat di berbagai sudut kapal. Udara terasa pengap. Jerit ketakutan terdengar di mana-mana.
Sialnya, di saat genting itu, Yongki terjatuh. Kakinya linu. Anang pun harus membantu memapah sang anak yang berjalan tertatih-tatih. ”Kami sudah takut semua. Semua penumpang juga sudah menggunakan jaket pelampung,” kenang Anang tentang subuh mencekam di tengah Laut Jawa itu.
Horor itu menimpa kapal yang mengangkut total 209 orang tersebut dalam perjalanan menuju Pontianak, Kalimantan Barat. Sekitar 10 jam setelah berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Nun 60 mil dari posisi KM Dharma Kencana II yang tengah terbakar tersebut, kabar didengar Asrofi. Saat itu KM Kirana I yang dinakhodainya sedang menuju Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah.
Asrofi langsung tergerak menolong. Tapi, dia sadar, pilihan untuk putar balik itu bakal berisiko. Sebab, kapalnya juga mengangkut 200 orang. Dan, antara Kirana I dan Dharma Kencana II terpisah enam jam perjalanan laut.
”Akhirnya saya informasikan kepada penumpang (yang dibawa Kirana I) karena bakal berdampak pada jarak tempuh yang semakin lama. Namun, karena misi untuk menyelamatkan ratusan orang, akhirnya semua penumpang setuju,” jelasnya.
Tapi, di Dharma Kencana II, api jelas tak menunggu berjam-jam untuk terus melalap kapal. Dan, para penumpang juga sudah pasti tak bisa menunggu kapal penolong datang untuk menyelamatkan diri.