Eskalasi konflik di Lebanon menciptakan kondisi yang mengkhawatirkan. Lebih dari 600 orang dilaporkan tewas di seluruh wilayah Lebanon sejak Senin (23/9/2024), ketika Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan infrastruktur yang diklaim dibangun oleh Hizbullah sejak konflik pada tahun 2006. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa sebanyak 90.000 orang telah mengungsi di Lebanon, yang menambah jumlah sekitar 110.000 orang yang telah meninggalkan rumah mereka sebelum eskalasi terjadi. Diperkirakan hampir 40.000 orang tinggal di tempat penampungan di berbagai wilayah Lebanon.
Di sisi lain, konflik lintas batas yang telah berlangsung hampir setahun yang dipicu oleh perang di Gaza juga berdampak signifikan. Sekitar 70.000 orang menjadi pengungsi di Israel utara. Pemerintah dan militer Israel mengupayakan kepulangan mereka dengan aman.
Komunitas internasional turut angkat suara terkait eskalasi konflik di Lebanon. Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa (UE) menyerukan gencatan senjata sementara di Lebanon menyusul meningkatnya pertempuran antara Israel dan Hizbullah. Mereka mengusulkan upaya gencatan senjata yang akan memberi ruang bagi diplomasi dalam mencapai solusi diplomatik serta mendorong perdamaian di kawasan tersebut. Bersama-sama, negara-negara anggota Blok UE mengajukan rencana jeda pertempuran selama 21 hari, dengan tujuan mengurangi risiko eskalasi regional yang merugikan baik rakyat Israel maupun Lebanon.