Dalam puncak kekuatannya, ISIS menguasai area yang luas, mengklaim sebagai pemerintahan yang sah dan menerapkan hukum syariah di wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga berhasil menarik perhatian media internasional dan membangkitkan minat berbagai kelompok ekstremis di seluruh dunia. Pengaruh global ISIS terbukti dari gelombang teror yang menyebar ke Eropa, Asia, dan Afrika, dengan serangan-serangan yang melibatkan individu atau kelompok yang terinspirasi oleh ideologi mereka.
Kejatuhan ISIS
Namun, kejayaan ISIS tidak bertahan lama. Aliansi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat bersama pasukan lokal di Irak dan Suriah melakukan serangan besar-besaran untuk mengalahkan kelompok ini. Kampanye militer yang intensif, bersama dengan tekanan ekonomi dan politik, mulai menunjukkan dampaknya. Pada tahun 2017, ISIS kehilangan kendali atas Mosul dan Raqqa, yang merupakan pusat kekuasaan mereka.
Pada Maret 2019, ISIS mengalami kekalahan besar ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merebut wilayah terakhir mereka di Baghouz, Suriah. Kejatuhan ini menandai akhir dari kekhalifahan yang mereka deklarasikan dan mengarah pada penurunan signifikan dalam kemampuan mereka untuk melakukan serangan besar. Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS, terbunuh dalam operasi militer pada Oktober 2019, yang semakin melemahkan struktur kepemimpinan kelompok ini.
Perkembangan Terbaru dan Ancaman yang Masih Ada
Meskipun kehilangan wilayah teritorialnya, ISIS belum sepenuhnya punah. Kelompok ini beralih ke taktik gerilya dan sel-sel tidur, terus melakukan serangan sporadis dan menimbulkan ancaman bagi keamanan global. Di Irak dan Suriah, mereka masih mampu melakukan serangan teroris dan mempertahankan jaringan bawah tanah. Selain itu, ISIS juga mencoba untuk memperluas pengaruhnya melalui afiliasi di negara-negara lain seperti Afghanistan dan Afrika.