Di tengah megahnya pegunungan dan tenangnya lembah-lembah di Daofu, sebuah wilayah kuno di Provinsi Sichuan, China barat daya, warisan budaya Tibet kini berpadu dengan inovasi masa kini. Rumah-rumah tradisional Tibet disulap menjadi deretan kafe yang menawan, memadukan menu internasional seperti kopi dengan cita rasa lokal seperti teh mentega dan jelai dataran tinggi.
“Menikmati minuman latte dataran tinggi sambil mendengarkan lagu-lagu rakyat Tibet dan mempelajari lukisan Thangka, sungguh merupakan cara yang sempurna untuk melepas lelah!” ungkap Xu Xiaomei, seorang pengunjung yang terpukau oleh pengalaman tersebut.
Kafe-kafe ini tak sekadar tempat minum kopi. Mereka bertransformasi menjadi ruang budaya dan interaksi, memperkenalkan sejarah lokal, memperlihatkan kerajinan tangan Tibet, dan bahkan menyajikan kopi dalam cangkir tembikar hitam khas Daofu. Pengalaman tersebut menghadirkan sentuhan unik yang membuat wisatawan datang bukan hanya untuk menyeruput kopi, tapi juga untuk menyelami kisah-kisah lokal.
Daofu sendiri kini mencatat lebih dari 1,5 juta kunjungan wisatawan per tahun yang berkaitan dengan kopi—angka yang mencerminkan maraknya budaya kafe di wilayah pedesaan China. Secara nasional, hingga tahun 2024 tercatat ada lebih dari 44.000 kafe pedesaan yang bermunculan, menjadi bagian penting dari strategi revitalisasi desa melalui pariwisata dan wirausaha.
Untuk menonjol di tengah derasnya arus tren ini, banyak kafe menerapkan pendekatan "coffee+", yaitu memadukan kopi dengan aktivitas seperti hiking, membuat kerajinan, hingga mengunjungi perkebunan. Tujuannya bukan sekadar menyajikan minuman, tetapi menciptakan pengalaman yang lengkap dan tak terlupakan bagi para pengunjung.