Jumat lalu, dua satelit NASA menangkap dampak destruktif dan meluas dari kebakaran hutan di wilayah ini.
Gambar dari satelit Aqua mengungkapkan serangkaian kebakaran hutan dan menara asap, yang tersebar di seluruh Siberia bagian selatan.
Satelit kedua, Suomi NPP, mengukur kualitas udara di wilayah tersebut dan menemukan indeks aerosol mencapai lebih dari 19, yang mengindikasikan asap sangat padat di ketinggian.
Menurut Observatorium Bumi NASA, para ilmuwan juga saat ini sedang menyelidiki tiga kemungkinan formasi awan pyrocumulus di daerah tersebut, yang dapat mengubah iklim lokal dengan abu layu dan partikel yang tinggi ke atmosfer.
Tapi dampak paling dahsyat dari kebakaran hutan ini tidak dapat dilihat dari satelit.
Hutan boreal Siberia memainkan peran penting dalam siklus karbon, yang menghasilkan hampir 10 persen permukaan tanah planet ini dan menampung lebih dari 30 persen karbon di Bumi.
Itu berarti ketika hutan-hutan ini terbakar, mereka melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer. Hilangnya penyerapan karbon dalam kombinasi dengan pelepasan karbon, menciptakan lingkaran setan yang mengarah pada pemanasan global yang lebih banyak dan, akibatnya, lebih banyak kebakaran hutan.
Belum lagi, kebakaran hutan ini juga bisa mempercepat mencairnya es Arktik, yang sudah lenyap dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini terjadi ketika api menghasilkan gerombolan jelaga yang jatuh di atas salju dan es, membuat permukaannya semakin gelap dan menyebabkan mereka menyerap lebih banyak sinar matahari.