Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan penolakannya terhadap kerja sama militer antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan Israel sebagai respons terhadap agresi yang dilakukan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Palestina. Erdogan, yang merupakan salah satu anggota NATO, kerap merespons dengan keras langkah-langkah aliansi tersebut yang dianggapnya bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh Turki.
Setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO, Erdogan menyatakan bahwa Israel telah melanggar nilai-nilai fundamental dari aliansi militer yang dipimpin oleh AS. Ia menegaskan bahwa kerja sama antara NATO dan Israel tidak akan dapat diterima selama Tel Aviv terus melakukan genosida di Jalur Gaza. Erdogan menekankan bahwa kerja sama Israel di dalam NATO tidak akan mendapat persetujuan dari Turki kecuali tercipta perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan di Palestina. Hal ini menunjukkan ketegasan Turki dalam menanggapi konflik di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Israel tetap mempertahankan hubungan militer yang erat dengan AS meski bukan merupakan anggota NATO. Erdogan kembali mengkritik Israel atas tindakan "kebiadaban" yang dilakukan di Jalur Gaza. Ia menyatakan keprihatinannya terhadap kebijakan ekspansionis dan sembrono yang dilakukan oleh pemerintahan PM Netanyahu, yang dinilainya merugikan rakyat Israel sendiri serta kawasan sekitarnya.