Xi mengakhiri lawatannya di Kamboja pada 17 April, yang merupakan salah satu sekutu terdekat China di Asia Tenggara.
Tanggapan dari negara-negara yang dikunjungi Xi pun mencolok. Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, menanggapi komentar O’Reilly dengan keras. Ia menyebut komentar tersebut sebagai pernyataan yang arogan dan kurang bijaksana. Anwar, yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan, menegaskan bahwa pernyataan O’Reilly mencerminkan ketidakpahaman tentang realitas di Asia Tenggara saat ini.
"Ini adalah tampilan yang jelas dari kesombongan ekstrem oleh individu yang pada kenyataannya, kurang informasi, bodoh, dan yang percaya bahwa hanya kelompok atau bangsa mereka yang berhasil," cetusnya. Dengan demikian, terlihat adanya ketegangan yang tidak hanya meliputi hubungan antara negara-negara besar seperti AS dan China, tetapi juga bagaimana pandangan yang keliru dapat memengaruhi hubungan internasional dalam konteks yang lebih luas.