Pemerintah China tengah dalam keadaan marah setelah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mengirimkan sistem peluncur rudal canggih ke Filipina. Tindakan ini dipandang sebagai pemicu konfrontasi militer oleh pihak China, dan menimbulkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara.
Sistem rudal darat Kapabilitas Jarak Menengah (MRC) milik militer AS yang mampu menembak hingga jarak 1.600 km dikirim ke Filipina dalam apa yang dianggap sebagai langkah untuk memperkuat pertahanan negara tersebut. Namun, tindakan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat pemerintah China, yang melihatnya sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka.
Beijing menuduh AS telah memanfaatkan Filipina untuk meningkatkan kehadiran militer mereka di kawasan tersebut, dan menjadikan negara itu sebagai alat untuk melancarkan strategi pencegahan terhadap ekspansi China. Ketegangan antara China dan Filipina sendiri telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait klaim wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Ketegangan semakin memanas ketika AS memberikan dukungan penuh terhadap Filipina dalam klaim wilayah tersebut, dengan mengirimkan kapal perang dan sistem pertahanan rudal. Hal ini dianggap sebagai campur tangan AS dalam sengketa wilayah dan secara tidak langsung menantang klaim kedaulatan China atas sebagian Laut China Selatan.