Merasa penasaran, Olga pun mencari video-video yang dimaksud, dan menemukan bahwa wajah dan suaranya telah digunakan dalam setidaknya 35 akun. Hal ini menjadi suatu fenomena yang mengkhawatirkan, menandakan bahwa bisnis "deepfake" di China marak dan menimbulkan dampak negatif yang signifikan, baik bagi korban seperti Olga maupun masyarakat luas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi memang membawa dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, dibalik manfaatnya, teknologi AI juga dapat digunakan untuk melakukan tindakan kriminal dan penipuan yang merugikan individu lain.
Guna memahami lebih dalam tentang fenomena "deepfake" yang marak di China, penting bagi kita untuk memahami apa sebenarnya teknologi "deepfake" ini dan bagaimana hal tersebut bisa berdampak dalam kehidupan sehari-hari. "Deepfake" mengacu pada teknik manipulasi citra dan suara menggunakan teknologi kecerdasan buatan, yang memungkinkan untuk menciptakan atau memodifikasi konten visual dan audio yang tampak sangat nyata.
Teknologi "deepfake" telah mengalami perkembangan pesat dan digunakan dengan berbagai tujuan, mulai dari hiburan, pemalsuan, hingga penipuan. Di China, maraknya bisnis "deepfake" menunjukkan adanya permintaan besar terhadap konten manipulasi seperti ini. Bukan hanya dalam konteks hiburan, tetapi juga dalam konteks politik, bisnis, dan gender.