Asia Tenggara saat ini menghadapi gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, merusak rekor iklim di beberapa negara termasuk Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Filipina.
Suhu ekstrem telah menyebabkan gangguan luas, termasuk penutupan sekolah dan krisis kesehatan.
Di Filipina, panas yang intens telah mengganggu pembelajaran tatap muka, sehingga sering terjadi penangguhan.
Gelombang panas, yang diperparah oleh fenomena cuaca El Niño, telah menghasilkan indeks panas yang berbahaya, kelelahan, heatstroke, dan dampak lingkungan seperti kematian ikan di Vietnam.
Otoritas sedang mengeluarkan peringatan kesehatan dan menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi efeknya, menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi jangka panjang untuk mengatasi perubahan iklim.
Saat ini, Asia Tenggara terasa seperti berada di dalam wajan yang panas, dengan suhu yang terus meningkat dan merusak sejarah iklim di wilayah tersebut. Walaupun iklim tropis sudah menjadi ciri khas Asia Tenggara, gelombang panas ekstrem yang sedang terjadi telah mengubah dinamika iklim secara signifikan.
Dalam beberapa dekade terakhir, rata-rata suhu udara di Asia Tenggara telah menunjukkan kecenderungan peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi gelombang panas yang semakin sering terjadi, durasi musim kemarau yang lebih panjang, dan dampak ekstrem lainnya.