Meskipun Iran hanya bertanggung jawab atas sekitar 2% dari pasokan minyak global, Timur Tengah secara keseluruhan memiliki pengaruh yang besar terhadap pasokan global saat ini dan di masa mendatang. Timur Tengah memiliki 48% cadangan minyak mentah dunia. Sebagian besar negara Timur Tengah juga tergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), termasuk Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Anggota OPEC saat ini memproduksi sekitar 40% minyak dunia, yang mencakup sekitar 60% minyak bumi yang diperdagangkan secara global. Di luar anggota OPEC, terdapat negara-negara produsen minyak non-OPEC seperti Venezuela, Kongo, Gabon, Guinea, Libya, Nigeria, dan Aljazair.
OPEC, yang didirikan pada tahun 1960-an, awalnya mencakup Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Mereka bersama-sama mengendalikan sebagian besar ekspor minyak global. Saat ini, produsen non-OPEC seperti Meksiko, Kazakhstan, Azerbaijan, dan Malaysia juga menjadi alternatif dalam pasokan minyak global.
Iran bukan lagi menjadi pemain utama seperti dulu, terutama bagi negara-negara Barat. Pada tahun 2019, Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Iran sebagai respons terhadap program nuklir dan pelanggaran hak asasi manusia. Kini, China menjadi pembeli utama minyak Iran, dengan diskon 15% atas minyak yang diterimanya saat sanksi Barat diberlakukan.
Selain konflik di Timur Tengah, faktor lain yang turut berdampak pada harga minyak adalah ekonomi AS yang kuat dan pemulihan di pasar China. Namun, dukungan Iran terhadap militan Houthi di Yaman juga memiliki dampak besar terutama pada lalu lintas pengiriman di Terusan Suez, dimana sebagian besar lalu lintas yang tersisa melibatkan kapal tanker minyak.