Bagaimana Perusahaan Mengidentifikasi Soft Skill
Karena soft skill tidak bisa dilihat dari transkrip nilai, perusahaan mengembangkan berbagai metode rekrutmen untuk mengidentifikasinya. Wawancara perilaku, studi kasus, simulasi kerja, penilaian psikometrik, atau bahkan kegiatan kelompok dalam proses rekrutmen kini menjadi hal biasa. Pewawancara akan mengajukan pertanyaan yang dirancang untuk menggali bagaimana calon karyawan mengatasi konflik, bekerja dalam tim, menghadapi kegagalan, atau memecahkan masalah kompleks di masa lalu.
Referensi dari mantan atasan atau rekan kerja juga menjadi sangat penting untuk mendapatkan gambaran nyata tentang soft skill seseorang di lingkungan kerja. Ini jauh lebih informatif daripada sekadar melihat angka IPK semata. Perusahaan ingin memastikan bahwa calon karyawan tidak hanya pintar di atas kertas, tetapi juga bisa berinteraksi secara efektif dan berkontribusi positif pada budaya perusahaan.
Singkatnya, pergeseran fokus dari IPK ke soft skill adalah respons realistis terhadap tuntutan dunia kerja yang terus berubah. IPK mungkin membuka pintu pertama, tapi soft skill-lah yang menentukan seseorang bisa bertahan, berkembang, dan sukses di dalamnya.