“Mereka cenderung menyalin dan menempelkan hasil dari ChatGPT ke dalam dokumen mereka tanpa memberikan perhatian pada detail,” kata Tejal. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi HRD karena tampak kurang profesional dan dapat berpotensi merugikan peluang kandidat untuk diterima.
Para profesional HRD memberikan panduan bagi pelamar kerja yang ingin menggunakan ChatGPT sebagai alat bantu dalam pembuatan surat lamaran dan CV. Disarankan agar pemanfaatan alat ini tidak dijadikan satu-satunya sumber, melainkan hanya sebagai titik awal atau draf awal dalam proses pembuatan dokumen lamaran. Pelamar kerja perlu memastikan untuk mengedit dan menyesuaikan dokumen tersebut dengan pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki. Hal ini akan membantu menciptakan lamaran yang lebih terfokus dan tidak terkesan sebagai salinan template yang sama dengan ratusan pelamar lainnya.
Memahami cara berinteraksi dengan alat seperti ChatGPT dan memaksimalkan penggunaannya tanpa kehilangan keautentikan diri menjadi sangat penting. Pelamar yang ingin sukses dalam melamar pekerjaan di era digital ini harus mampu menunjukkan kemampuan unik mereka, meningkatkan daya tarik mereka di mata perekrut, dan memberikan nilai lebih yang dapat dibedakan dari kandidat lainnya.