Sebagai penikmat kopi, saya tertartik dengan munculnya Tamong Coffee, di sebuah media sosial. Penasaran juga, melihat tampilannya yang eksotis. Apalagi membaca ulasan-ulasannya yang terlihat sangat profesional, soal kopi. Bahkan banyak sejarah munculnya jenis-jenis kopi, ditulis dengan apik oleh pengelola Tamong Caffee.
Setelah melakukan perjalanan sedikit melelahkan, antara Semarang – Yogyakarta, ditambah satu jam menyusuri jalur selatan Kabupaten bantul – Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY), akhirnya ketemu juga Tamong Coffee.
Sebuah kedai yang ramah, kental bernuansa santri, menyambut setiap tamu yang datang. Sesekali saya dengar mereka mengucapkan salam, “ Assalamualaikum, hai apa kabar kang, pripun kabare, alhamdulillah, dan seterusnya.”
Saya berkesimpulan Kedai Kopi dikelola dengan lurus, oleh profesional muda yang lurus, atau bahkan alumni-alumni pesantren. “ Bukan santri, bukan pula orang yang lurus, komunitas saya memang di sana,” kata Wildan Satkhuri, pemilik sekaligus pengelola Yamong caffee.