Warisan kuliner tradisional adalah simbol budaya suatu daerah. Mereka bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga mengandung nilai-nilai sejarah, tradisi, dan identitas suatu masyarakat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, banyak makanan tradisional yang kini terancam punah karena kurangnya perhatian dalam pelestarian budaya kuliner lokal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan kuliner ini agar keberagaman kuliner lokal tetap terjaga.
Salah satu contoh makanan tradisional yang terancam punah adalah pindang serani. Makanan ini berasal dari daerah Palembang yang terbuat dari ikan belida, bumbu khas, dan dibakar dengan daun pisang. Namun, karena sulitnya mendapatkan bahan bakunya dan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari cara memasaknya, pindang serani menjadi semakin jarang ditemui. Begitu pula dengan "papeda", makanan khas Maluku yang terbuat dari sagu dan hidangan lauk khas Maluku.
Kita juga tidak boleh melupakan botok tawon, makanan khas Jawa Tengah yang terbuat dari daun singkong dan ikan. Makanan ini sebenarnya cukup populer di masanya, namun kini terancam punah karena semakin sedikitnya orang yang mempelajari cara pembuatannya. Selain itu, gohu ikan, makanan khas dari Ternate yang terbuat dari ikan, bumbu, dan serundeng. Makanan ini juga sedang mengalami ancaman kepunahan karena kurangnya minat untuk memasaknya.
Meskipun ada banyak makanan tradisional yang terancam punah, hal ini tidak berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan kembali makanan-makanan tradisional ini kepada masyarakat luas. Melalui media sosial, festival kuliner, dan acara budaya, kita dapat memperkenalkan kembali kelezatan dan keunikan makanan tradisional kita kepada generasi muda.