dr. Rini menegaskan bahwa pemenuhan gizi, termasuk memberikan sarapan dengan gizi seimbang, sangat penting bagi anak-anak di usia sekolah. Sarapan sehat tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan energi, tetapi juga sebagai sumber utama agar anak tetap bugar dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. "Secara umum, anak-anak yang mengonsumsi susu saat sarapan memiliki asupan mikronutrien esensial yang lebih tinggi, terutama kalsium dan vitamin D," ujar dr. Rini.
Namun, faktor lain yang memengaruhi defisiensi vitamin D pada anak adalah pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat. Kondisi ini seringkali terjadi di tengah perubahan pola konsumsi masyarakat, terutama di perkotaan, yang cenderung lebih memilih makanan siap saji daripada makanan bergizi. Kekurangan asupan makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan, telur, dan produk susu, turut memperburuk kondisi kekurangan vitamin D pada anak-anak.
Selain itu, kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya paparan sinar matahari bagi kesehatan tubuh juga turut berkontribusi pada defisiensi vitamin D. Pada perkembangannya, hal ini menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan anak. Masalah kekurangan vitamin D dapat menghambat pertumbuhan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis pada kemudian hari, dan meningkatkan kecenderungan terhadap berbagai penyakit autoimun.
Untuk mengatasi permasalahan ini, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya paparan sinar matahari yang sehat dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin D perlu meningkat. Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait juga diharapkan dapat mengambil peran penting dalam memberikan informasi dan akses terhadap sumber-sumber vitamin D melalui program-program kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan.