Pasca insiden keracunan massal yang melibatkan ratusan siswa di berbagai daerah, pernyataan kontroversial datang dari Presiden, Prabowo Subianto. Meskipun ratusan siswa mengalami sakit setelah menyantap makanan dari program Makanan Beragam Gizi (MBG), Prabowo bersikukuh bahwa program tersebut telah berhasil dengan tingkat keberhasilan mencapai 99,99 persen.
Alih-alih menyehatkan ratusan siswa, program ini justru menjadi sorotan utama setelah sejumlah laporan mengenai keracunan muncul di media. Siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari SD hingga SMP, melaporkan mengalami gejala keracunan seperti muntah, diare, dan kembung setelah mengkonsumsi makanan yang disuplai melalui program MBG. Kasus ini telah memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat tentang keamanan dan kualitas makanan yang disajikan dalam program pemerintah.
Dalam sebuah konferensi pers, Prabowo mengatakan bahwa masalah yang timbul ini bukan sepenuhnya disebabkan oleh kualitas makanan yang disajikan. Dia berargumentasi bahwa perilaku makan siswa itu sendiri juga berkontribusi pada insiden keracunan tersebut. "Banyak siswa yang terbiasa makan tanpa sendok, dan ini kemungkinan dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko keracunan," ujarnya. Dia juga menambahkan bahwa ketidakterbiasaan anak-anak dalam mengkonsumsi susu dapat berperan dalam masalah ini.