Tampang.com | Ribuan puskesmas di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) di Indonesia dilaporkan tidak memiliki dokter tetap. Masyarakat harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan perawatan dasar, bahkan untuk keluhan kesehatan ringan sekalipun. Kondisi ini memprihatinkan dan menimbulkan pertanyaan: mengapa pemerataan tenaga medis masih gagal setelah puluhan tahun reformasi kesehatan?
Data Menunjukkan Ketimpangan Nyata
Kementerian Kesehatan mencatat, lebih dari 3.000 puskesmas tidak memiliki dokter umum, dan sebagian besar berada di Papua, NTT, dan Kalimantan Utara. Di beberapa wilayah, satu dokter harus melayani hingga 10 puskesmas dengan sistem kunjungan berkala, yang jelas tidak ideal untuk penanganan kasus darurat atau penyakit menular.
“Kami hanya bisa tunggu jadwal dokter datang. Kalau anak demam tinggi, kami hanya bisa beri air kelapa dan berdoa,” kata Mariati, warga Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.