Jengkol adalah salah satu makanan yang telah lama menjadi favorit bagi banyak orang di Indonesia. Dengan aroma yang kuat dan khas, jengkol sering kali dijadikan lauk pendamping nasi.
Meskipun memiliki citra yang unik, tak sedikit pula yang merasa kurang suka dengan baunya. Namun, jengkol tetap bertahan menjadi pilihan utama dalam berbagai hidangan karena rasanya yang nikmat dan kaya akan nutrisi.
Biji jengkol mengandung berbagai zat yang bermanfaat bagi tubuh. Di antaranya adalah vitamin C, vitamin A, kalsium, dan fosfor. Selain itu, jengkol juga termasuk dalam kelompok kacang-kacangan yang kaya akan serat, yang tentunya sangat baik untuk saluran pencernaan.
Biji jengkol juga mengandung tiamin, yang membantu tubuh mengubah makanan menjadi energi, serta zat besi yang berperan dalam pengembangan protein hemoglobin.
Namun, ada anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa jengkol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Anggapan ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi mereka yang sudah memiliki riwayat masalah kolesterol tinggi. Lantas, apakah anggapan ini benar atau hanya sebuah mitos belaka?
Jengkol dan Kolesterol: Benarkah Ada Kaitan?
Mengutip dari CNN Indonesia, seorang dokter spesialis gizi klinis, Johanes Casay Chandrawinata, menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian yang secara khusus menyatakan bahwa konsumsi jengkol dapat meningkatkan kolesterol jahat dalam tubuh.