“Kurang tidur meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, obesitas, depresi, hingga penurunan fungsi kognitif. Dalam jangka panjang, itu bisa mempercepat penuaan dan melemahkan sistem imun,” jelasnya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko 30% lebih tinggi mengalami gangguan jantung dibanding mereka yang tidur 7–8 jam.
Ironisnya, kurang tidur juga berpengaruh langsung terhadap produktivitas yang selama ini dibanggakan. Otak yang kelelahan sulit fokus, membuat lebih banyak kesalahan, dan lambat mengambil keputusan.
Budaya Hustle dan Tekanan Sosial
Fenomena ini tak lepas dari glorifikasi budaya “hustle” yang membanjiri media sosial: bangun subuh, bekerja hingga larut malam, dan selalu aktif. Profesional muda merasa harus terus “bergerak” agar tidak tertinggal atau dianggap tidak ambisius.
“Banyak yang takut dibilang pemalas kalau bilang butuh istirahat. Padahal tidur cukup itu bagian dari strategi produktivitas jangka panjang,” ujar Dr. Fina.
Solusi: Ubah Narasi, Prioritaskan Istirahat
Membentuk ulang cara pandang terhadap tidur adalah langkah pertama. Istirahat cukup bukan tanda lemah, melainkan cara menjaga performa dan kesehatan jangka panjang.