“Di perusahaan saya, kami punya sesi konsultasi dengan HRD, tapi itu lebih fokus pada masalah pekerjaan, bukan kesejahteraan mental. Jika kamu butuh dukungan psikologis, harus bayar sendiri,” kata Anton, 40, seorang manajer di perusahaan retail.
Stereotip dan Stigma Terhadap Kesehatan Mental
Di Indonesia, masih banyak stigma negatif yang mengelilingi topik kesehatan mental, terutama di lingkungan kerja. Banyak orang yang merasa takut untuk berbicara tentang masalah mental mereka karena takut dianggap lemah atau tidak kompeten.
“Banyak yang berpikir kalau mengeluh tentang stres itu cuma cari alasan atau enggak bisa kerja. Padahal, stres itu nyata dan bisa memengaruhi kinerja kita,” jelas Maya, 27, seorang desainer grafis.
Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi yang Terabaikan
Tuntutan pekerjaan yang berlebihan sering kali membuat karyawan mengabaikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka cenderung mengorbankan waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan kegiatan yang menyenangkan demi memenuhi target pekerjaan.
“Semakin banyak waktu di kantor, semakin sedikit waktu untuk keluarga. Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya punya waktu untuk diri sendiri,” ujar Farhan, 35, seorang eksekutif pemasaran.