Selain itu, pasien penyakit ginjal berusia 70-an tahun lainnya yang mengunjungi rumah sakit juga melampiaskan rasa frustasinya. Pria itu mengatakan fungsi ginjalnya sekarang hanya 15 persen dari kapasitas penuhnya dan harus mengunjungi rumah sakit setiap bulan untuk pemeriksaan rutin. Keadaan semacam ini menunjukkan bahwa pemogokan dokter pelatihan juga memberikan dampak yang serius terhadap pasien dengan kondisi kesehatan kronis yang membutuhkan perawatan rutin.
Sementara itu, aksi unjuk rasa dokter terus terjadi di Korsel. Salah satu dari dua serikat pekerja terbesar di Korea, unit regional Konfederasi Serikat Pekerja Korea, mengadakan aksi unjuk rasa di seluruh negeri secara bersamaan untuk menyerukan normalisasi layanan medis. Pesan yang disuarakan adalah bahwa pemerintah dan komunitas dokter tidak boleh mengabaikan kekosongan layanan medis yang membahayakan nyawa pasien dan merampas hak pekerja untuk bertahan hidup.
Tidak hanya itu, banyak rumah sakit umum di seluruh Korea Selatan telah mengurangi layanan rawat jalan atau kapasitas operasi dengan menutup sementara atau mengintegrasikan bangsal rumah sakit yang berbeda setelah pemogokan para dokter pelatihan. Kondisi ini mengganggu operasi rumah sakit dan menimbulkan defisit keuangan yang merupakan tanda bahaya serius dalam sistem kesehatan.