Kandungan kalorinya yang tinggi tetapi minim nutrisi membuat makanan cepat saji bukanlah pilihan yang ideal untuk kesehatan. Ketika tubuh kurang mendapatkan nutrisi yang diperlukan, fungsi otak pun akan terpengaruh. Nutrisi seperti omega-3, vitamin B, dan antioksidan penting untuk menjaga kesehatan otak. Sayangnya, dalam makanan cepat saji, bahan-bahan tersebut jarang ditemukan. Alih-alih memberikan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan dan pemeliharaan fungsi otak, makanan ini justru menyediakan kalori kosong.
Selain itu, makanan cepat saji sering kali diproses dengan cara yang dapat menghasilkan racun, seperti akrilamida, yang terbentuk saat makanan digoreng pada suhu tinggi. Senyawa ini telah dikaitkan dengan dampak negatif terhadap kesehatan otak. Penelitian menunjukkan bahwa akrilamida dapat menyebabkan penurunan kognisi dan bahkan mengganggu komunikasi sel-sel saraf. Ini menunjukkan bahwa dampak konsumsi makanan cepat saji tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga dapat berlanjut hingga jangka panjang.
Makanan cepat saji juga dapat berkontribusi pada peningkatan stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif adalah kondisi di mana terdapat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh. Stres ini dapat merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsi kognitif. Dalam kisaran waktu yang lebih panjang, rasa sakit kepala, sulit berkonsentrasi, dan penurunan memori mungkin menjadi gejala yang sering dialami bagi mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan.