Melalui ajaran NOI, Malcolm menemukan identitas baru sebagai seorang Muslim dan mengubah namanya menjadi Malcolm X, dengan "X" menggantikan nama keluarganya yang diberikan oleh mantan pemilik budak. Ia percaya bahwa nama asli Afrika-nya telah hilang selama perbudakan dan bahwa "X" melambangkan kehilangan identitas tersebut.
Perjuangan di Nation of Islam
Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1952, Malcolm X menjadi salah satu pemimpin dan juru bicara paling menonjol dari Nation of Islam. Ia dikenal karena pidato-pidatonya yang berapi-api dan retorikanya yang tajam dalam mengkritik rasisme, penindasan, dan ketidakadilan sosial yang dialami oleh Afrika-Amerika. Berbeda dengan pendekatan non-kekerasan yang diusung oleh Martin Luther King Jr., Malcolm X percaya bahwa Afrika-Amerika harus membela diri mereka sendiri dan menuntut hak-hak mereka dengan segala cara yang diperlukan.
Malcolm X sering kali menyoroti kegagalan masyarakat Amerika dalam memberikan kesetaraan dan keadilan bagi warganya yang berkulit hitam. Ia menekankan pentingnya identitas rasial yang kuat dan kebanggaan akan warisan budaya Afrika. Di bawah bimbingannya, keanggotaan NOI meningkat pesat, dan ia menjadi figur yang sangat berpengaruh dalam gerakan hak-hak sipil.
Perubahan Pandangan dan Perjalanan Haji
Pada awal 1960-an, Malcolm X mulai meragukan beberapa ajaran dan praktik dalam NOI, terutama mengenai klaim kepemimpinan Elijah Muhammad. Pada tahun 1964, ia memutuskan untuk meninggalkan organisasi tersebut dan melakukan perjalanan haji ke Mekah. Pengalaman spiritual ini mengubah pandangannya tentang ras dan perjuangan.