Di Mekah, Malcolm X menyaksikan persaudaraan sejati antara umat Muslim dari berbagai latar belakang ras dan etnis. Ia menyadari bahwa perjuangan melawan rasisme tidak hanya terbatas pada hitam dan putih, tetapi merupakan perjuangan universal untuk kemanusiaan dan keadilan. Setelah kembali dari haji, ia mengubah namanya menjadi El-Hajj Malik El-Shabazz dan mulai mempromosikan pandangan yang lebih inklusif dan universal tentang hak asasi manusia.
Warisan dan Inspirasi
Malcolm X terus memperjuangkan hak-hak Afrika-Amerika hingga akhir hayatnya. Pada tanggal 21 Februari 1965, ia dibunuh saat memberikan pidato di Audubon Ballroom, New York. Meskipun hidupnya berakhir tragis, warisan perjuangannya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi-generasi berikutnya.
Malcolm X dikenang sebagai salah satu pahlawan yang berani melawan ketidakadilan dan menuntut hak-hak yang setara bagi semua orang. Pandangannya tentang identitas rasial, kebanggaan budaya, dan pentingnya pendidikan telah mempengaruhi banyak aktivis dan pemikir di seluruh dunia.
Perjuangan Malcolm X adalah cermin dari tekad dan keberanian untuk menghadapi tantangan terbesar dalam hidup. Ia menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin mengalami penderitaan dan penindasan, semangat untuk mencari kebenaran dan keadilan dapat mengubah dunia. Malcolm X adalah simbol inspirasi bagi mereka yang berjuang melawan rasisme, ketidakadilan, dan penindasan di mana pun berada.