Pemilihan Abu Bakar tidaklah mudah. Beberapa sahabat dan anggota keluarga Nabi, seperti Ali bin Abi Talib, juga memiliki pandangan tentang siapa yang harus menggantikan Nabi. Namun, para sahabat senior, termasuk Umar bin Khattab, sangat mendukung Abu Bakar. Mereka melihat kualitas kepemimpinan, kesetiaan, dan kebijaksanaan Abu Bakar yang telah terbukti selama masa hidup Nabi Muhammad.
Pertemuan untuk memilih khalifah diadakan di Saqifah Bani Sa'ida, sebuah tempat di Madinah. Pada pertemuan tersebut, Abu Bakar disepakati sebagai khalifah setelah mendapatkan dukungan dari banyak sahabat penting. Dalam pidatonya, Abu Bakar mengungkapkan rasa syukurnya atas kepercayaan yang diberikan dan menegaskan komitmennya untuk meneruskan ajaran dan kebijakan Nabi Muhammad.
Abu Bakar memulai masa kepemimpinannya dengan menghadapi beberapa tantangan besar. Salah satunya adalah pemberontakan dari beberapa suku Arab yang mulai murtad setelah kematian Nabi. Abu Bakar dikenal dengan kebijakan tegas namun adil dalam menghadapi tantangan ini, dan keberhasilannya dalam menstabilkan situasi di Jazirah Arab menunjukkan kepemimpinan yang efektif.
Selain itu, Abu Bakar juga memulai inisiatif penting dalam pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an. Al-Qur'an pada masa itu masih dalam bentuk yang tersebar dalam berbagai catatan dan hafalan. Abu Bakar memerintahkan pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an ke dalam satu buku agar ajaran Islam dapat dilestarikan dengan baik.