Kisah seorang ibu tunggal dan perjuangannya dalam membesarkan anaknya sendirian tentu memiliki cerita yang mengharukan. Imel, seorang janda berusia kepala tiga, harus menanggung beban berat ini ketika suaminya, Ilham, meninggal dunia empat tahun lalu. Ditinggalkan bersama putri satu-satunya, Arunika, Imel harus dengan kuat menghadapi kenyataan yang memaksa dirinya untuk membatalkan banyak mimpi dan pengorbanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Imel mengatakan bahwa menjadi seorang ibu tunggal bukanlah perkara mudah, terutama ketika itu terjadi di usia pernikahan yang seharusnya masih di puncak kebahagiaan. Namun, meskipun menghadapi beratnya kehidupan, Imel tidak menyerah. Dia menyadari bahwa tanggung jawab besar sebagai seorang ibu harus dipikulnya dengan tegar. Cukup mencermati bagaimana Arunika bangun tidur setiap pagi dengan wajah ceria, memandikannya, dan mengantarnya sekolah, sudah menjadi cukup bagi Imel untuk bertahan.
Langkah pertama yang diambil Imel adalah mengubah arah hidupnya dengan mengubur mimpinya menjadi seorang wanita karier kantoran. Ia memilih untuk melepaskan pekerjaannya sebagai penulis konten demi menempatkan Arunika sebagai prioritas utama dalam kehidupannya. Imel menjadi seorang freelancer dan pedagang makanan di sekitar rumah sehingga dapat memberikan pengasuhan yang lengkap bagi Arunika sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari.