5. “Andai aku membiarkan diriku lebih bahagia.”
Terlalu banyak orang merasa tidak pantas untuk bahagia. Mereka dibebani standar sosial, rasa bersalah, atau ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Akibatnya, mereka menunda kebahagiaan, menahan tawa, dan memaksakan diri untuk tetap serius.
Padahal, kebahagiaan bukanlah hadiah dari pencapaian besar. Ia hadir dari hal-hal kecil: menikmati matahari pagi, tertawa lepas dengan sahabat, atau sekadar beristirahat tanpa rasa bersalah. Sayangnya, kesadaran ini kerap datang ketika waktu yang tersisa sudah sangat terbatas.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Penyesalan Ini?
Kelima penyesalan yang sering diungkapkan oleh orang-orang yang menghadapi kematian bukanlah cerita menyedihkan semata. Mereka adalah peringatan berharga bahwa hidup terlalu singkat untuk dijalani dalam penyesalan.
Kita bisa belajar untuk lebih berani menjalani hidup sesuai nilai dan impian pribadi. Menyeimbangkan pekerjaan dengan waktu pribadi, jujur dalam menyampaikan perasaan, menjaga hubungan sosial, dan merayakan kebahagiaan tanpa rasa bersalah adalah cara nyata untuk mencegah penyesalan di masa depan.
Mungkin saat ini kamu masih punya banyak waktu. Tapi jangan menunggu sampai hidup memaksamu berhenti untuk menyadari apa yang sebenarnya penting. Lakukan refleksi sejak dini, ambil keputusan dengan sadar, dan berani katakan: “Aku hidup sebagai diriku sendiri.”