Dari sudut pandang psikologi sosial, candaan di angkringan bisa dilihat sebagai mekanisme kohesi sosial. Tertawa bersama menciptakan ikatan, mengurangi ketegangan, dan membangun rasa kebersamaan di antara orang-orang yang mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam masyarakat urban yang sering kali terasa impersonal, angkringan dengan candaannya menjadi oasis keramahan dan kehangatan.
Lebih dari itu, humor angkringan juga bisa dilihat sebagai bentuk kearifan lokal. Kemampuan untuk tertawa atas kesulitan hidup, untuk menemukan kelucuan dalam hal-hal sederhana, adalah keterampilan yang berharga dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Ini mencerminkan filosofi Jawa "nrimo ing pandum" (menerima apa yang diberikan) yang dibalut dalam tawa dan canda.
Pada akhirnya, candaan khas angkringan adalah lebih dari sekadar lelucon. Ini adalah ekspresi budaya, mekanisme sosial, dan cara unik untuk memahami dan menghadapi realitas. Di tengah aroma kopi yang mengepul dan cahaya temaram lampu minyak, tawa yang membahana di angkringan adalah bukti bahwa bahkan dalam kesederhanaan, kita bisa menemukan kebahagiaan dan koneksi manusiawi yang mendalam.