Jadwal ini harus fleksibel. Jangan kaku. Kadang ada pekerjaan utama yang mendadak butuh lembur, atau anak sakit. Jadwal harus bisa disesuaikan. Yang penting konsisten. Kalau cuma punya waktu 30 menit sehari, ya manfaatkan 30 menit itu dengan maksimal. Daripada menunda karena merasa waktunya kurang, lebih baik mulai saja dengan yang ada. Konsistensi kecil lebih baik daripada ambisi besar yang tidak pernah terlaksana.
Manfaatkan Teknologi dan Otomasi
Di zaman sekarang, banyak alat bantu digital dan teknologi otomasi yang bisa meringankan beban. Gunakan aplikasi manajemen tugas seperti Trello, Asana, atau Google Calendar buat mencatat semua deadline dan to-do list, baik untuk kerja utama maupun side hustle. Ini membantu melihat gambaran besar dan memastikan tidak ada yang terlewat.
Untuk side hustle, coba cari tahu apakah ada proses yang bisa diotomatisasi. Kalau jualan online, bisakah pakai chatbot untuk jawab pertanyaan umum pelanggan? Kalau bikin konten, bisakah pakai alat penjadwal media sosial? Menggunakan tool ini bukan berarti jadi malas, tapi biar waktu dan energi bisa dipakai buat hal-hal yang benar-benar butuh sentuhan manusia dan otak kreatif kita. Hemat waktu di hal-hal teknis biar bisa fokus ke inti pekerjaan.
Belajar Mengatakan "Tidak" dan Mendelegasikan
Ini bagian yang seringkali paling sulit: belajar mengatakan "tidak". Saat punya dua komitmen, kita harus tegas menolak permintaan yang bisa membebani atau mengganggu jadwal yang sudah dibuat. Ini berlaku untuk tawaran pekerjaan sampingan baru yang terlalu banyak, ajakan nongkrong yang bisa mengganggu jam kerja side hustle, atau bahkan permintaan yang tidak realistis dari pekerjaan utama. Menolak bukan berarti tidak sopan, tapi menghargai waktu dan energi diri sendiri.