Tak banyak yang menyangka bahwa minuman yang kita konsumsi setiap hari ternyata bisa menjadi pemicu serangan stroke. Padahal, sebagian besar minuman ini dikenal luas dan bahkan dianggap sebagai bagian dari gaya hidup modern. Namun menurut temuan terbaru para peneliti internasional, kebiasaan mengonsumsi beberapa jenis minuman tertentu secara berlebihan terbukti mampu meningkatkan risiko stroke, khususnya jenis Intracerebral Hemorrhage (ICH) atau pendarahan dalam jaringan otak.
Penelitian ini merupakan hasil analisis data dari studi global INTERSTROKE yang melibatkan lebih dari 26.000 peserta dari 32 negara. Awalnya, hasil penelitian ini diterbitkan pada 2016. Namun, para peneliti dari McMaster University di Kanada dan University of Galway di Irlandia kembali melakukan analisis mendalam terhadap data yang ada. Hasilnya mengungkapkan hubungan yang cukup mengejutkan antara kebiasaan minum sehari-hari dan peningkatan risiko stroke.
3 Jenis Minuman yang Dapat Meningkatkan Risiko Stroke
Analisis menunjukkan bahwa risiko stroke bisa meningkat secara signifikan tergantung pada jenis minuman yang dikonsumsi, jumlahnya, serta kebiasaan konsumsi jangka panjang. Tiga jenis minuman berikut ditemukan sebagai pemicu terbesar:
1. Minuman Berkarbonasi (Soda)
Minuman soda, baik yang mengandung gula asli maupun pemanis buatan, terbukti meningkatkan risiko stroke pertama atau ICH hingga 22%. Efek ini paling kuat ditemukan di beberapa wilayah seperti Afrika, Eropa Timur dan Tengah, Timur Tengah, serta Amerika Selatan.
Meskipun banyak yang memilih varian soda rendah kalori, nyatanya kandungan pemanis buatan dan aditif lainnya tetap memberi efek negatif terhadap kesehatan pembuluh darah otak. Gula tinggi pada minuman ini bisa menyebabkan lonjakan berat badan, diabetes, dan tekanan darah tinggi—tiga faktor utama pemicu stroke.
2. Jus Buah dan Minuman Buah
Meski sering dipromosikan sebagai minuman sehat, ternyata jus buah—terutama yang tidak murni atau telah ditambah gula dan pengawet—dapat meningkatkan risiko stroke hingga 37%. Yang mengejutkan, risiko ini lebih tinggi dialami oleh wanita dibandingkan pria.