Tidak hanya itu, menunda sarapan hingga setelah jam 9 pagi dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 73 persen dan peningkatan kecemasan sebesar 79 persen. Begitu pula pada pekerja shift malam atau hari libur, mereka juga memiliki peningkatan risiko kecemasan atau depresi terkait dengan penundaan makan.
Namun, bagi pekerja yang membatasi waktu makannya dalam waktu 12 jam setiap hari, memiliki risiko kecemasan 16 persen lebih rendah dan penurunan depresi sebesar 19 persen, dibandingkan dengan individu dengan jadwal makan yang lebih tidak teratur.
Penelitian ini merumuskan asumsi bahwa waktu makan berdampak pada kesehatan mental bisa disebabkan oleh pengaruhnya pada siklus tidur atau ritme sirkadian. Gangguan pada ritme tersebut dapat mengubah metabolisme, yang kemudian dapat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.