Masalah nyeri gigi yang terasa sepele ternyata bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini disampaikan oleh Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Jakarta Barat, Dr. drg. Eko Fibryanto, Sp.KG, Subsp.KE(K), dalam kegiatan edukasi kesehatan gigi yang digelar di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Kamis, 24 Juli 2025.
Menurut drg. Eko, rasa nyeri pada gigi bisa muncul akibat dua hal sekaligus—gigi berlubang dan gigi sensitif—yang sering kali saling berkaitan. Saat ngilu atau nyeri menyerang, terutama di tengah aktivitas seperti bekerja atau belajar, konsentrasi bisa buyar seketika. Bahkan dalam kasus tertentu, rasa sakit itu menjalar hingga ke kepala dan membuat penderitanya benar-benar tidak nyaman. Kondisi ini bukan hanya memengaruhi fisik, tapi juga bisa mengganggu interaksi sosial, menurunkan semangat, dan membuat seseorang lebih mudah emosional.
Sering kali, masyarakat mengabaikan keluhan ringan seperti ngilu yang datang sesekali. Padahal, menurutnya, kalau terus dibiarkan, masalah kecil ini bisa berkembang menjadi lebih serius. Lubang yang awalnya kecil bisa semakin dalam, gusi bisa membengkak, dan pada akhirnya, gigi bisa rusak parah hingga harus dicabut.
Salah satu pemicu utama yang sering tidak disadari adalah kebiasaan menyikat gigi yang keliru. Selain teknik menyikat yang kurang tepat, pemilihan pasta gigi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan gusi. Drg. Eko menyarankan masyarakat untuk menggunakan pasta gigi yang mengandung natrium fluorida (NaF), karena senyawa ini terbukti mampu membantu mencegah gigi berlubang. Untuk mereka yang punya masalah gigi sensitif, pasta gigi yang mengandung potassium nitrate menjadi solusi yang direkomendasikan, karena senyawa ini bekerja menenangkan saraf gigi dan memblokir sinyal rasa sakit secara langsung.
Data yang ia paparkan cukup mengejutkan—sekitar 67,6 persen orang Indonesia yang mengalami gigi berlubang, ternyata juga memiliki masalah gigi sensitif. Artinya, dua masalah ini sering kali berjalan beriringan dan perlu ditangani secara menyeluruh, bukan hanya sesekali ke dokter saat sudah parah.