Ia juga menjelaskan lebih lanjut bahwa pada fase sebelum menstruasi, tingginya kadar progesteron turut memperlambat proses pencernaan, yang akan semakin berpotensi menimbulkan masalah seperti sembelit. Selain itu, Dr. Goel menambahkan bahwa prostaglandin—senyawa mirip hormon yang dikeluarkan saat menstruasi—juga mempengaruhi saluran pencernaan. Prostaglandin dapat mengakibatkan tinja menjadi lebih encer, sehingga meningkatkan risiko diare juga.
Fluktuasi hormon selama siklus menstruasi tidak hanya berdampak pada dorongan pencernaan, tetapi juga mengakibatkan retensi garam dan air dalam tubuh. Hal ini bisa membuat perut terasa lebih bengkak atau berat. Selain itu, perubahan komposisi bakteri usus selama berbagai fase siklus menambah kompleksitas masalah pencernaan ini, yang akhirnya dapat berujung pada produksi gas yang berlebih.
Di masa sebelum menstruasi, banyak perempuan mengalami peningkatan keinginan untuk mengonsumsi makanan manis atau berlemak. Menurut Dr. Goel, jika pola makan tidak terpola dengan baik selama masa sindrom pramenstruasi, hal ini akan berkontribusi pada kondisi perut kembung. Oleh karena itu, menjaga kesehatan saluran pencernaan seharusnya menjadi prioritas bagi perempuan selama menstruasi.