Kecerdasan emosional, atau yang sering disingkat EI, merupakan suatu kemampuan fundamental yang dimiliki individu untuk mengelola emosi diri sendiri serta memahami emosi orang lain di sekitarnya. Dalam konteks sosial yang semakin kompleks, kecerdasan emosional memainkan peranan penting dalam interaksi manusia, membantu kita berhubungan dengan orang lain secara lebih efektif.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengenali perasaan mereka dan memahami makna di balik emosi tersebut. Ini bukan hanya mempengaruhi diri sendiri, melainkan juga dapat berkontribusi pada cara orang lain berperilaku. Dikutip dari Mental Health America, terdapat lima elemen kunci dari kecerdasan emosional: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Ketika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, mereka mampu merasakan empati terhadap orang lain, menghindari konflik, serta membuat keputusan yang lebih bijak dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Teori kecerdasan emosional ini pertama kali diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John D. Mayer pada tahun 1990-an. Sejak saat itu, konsep ini telah diterima secara luas di kalangan psikolog. Meskipun banyak yang mendukung teori ini, beberapa ahli juga mengkritik bahwa kecerdasan emosional tidak selalu memiliki kekuatan penjelas yang kuat dalam semua konteks.