Di sisi lain, Vera menekankan bahwa teknologi digital jika digunakan dengan bijak justru dapat mempererat hubungan keluarga. Misalnya, berbagai aplikasi panggilan video memungkinkan anggota keluarga yang terpisah jarak untuk tetap terhubung, atau grup media sosial bisa digunakan untuk berbagi momen-momen lucu dan menambah kedekatan. Namun, media sosial juga memiliki sisi gelap, terutama bagi anak yang baru mengenal dunia digital. Penggunaan yang tidak terpantau dapat menyebabkan ancaman seperti cyberbullying, kecemasan, dan bahkan gangguan kesehatan mental.
Dalam konteks ini, Teresa Indira Andani MPsi, seorang psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, menyatakan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka saat menggunakan media sosial. Bimbingan yang kuat diperlukan untuk menjaga anak dari risiko yang muncul, seperti tekanan sosial di internet serta kecanduan yang mempengaruhi prestasi belajar.
Vera menambahkan bahwa sangat penting bagi anggota keluarga untuk hadir secara emosional. Artinya, interaksi yang mendalam harus didahulukan daripada keperluan digital. Keluarga dapat sepakat mengenai beberapa aturan, seperti membatasi penggunaan gadget saat makan malam atau sebelum tidur, untuk memastikan momen berkualitas yang dapat memperkuat ikatan antaranggota keluarga. Orang tua diharapkan menjadi contoh yang baik dengan meluangkan waktu tanpa gadget saat bersama keluarga.
Lebih jauh lagi, Vera dan Teresa sepakat bahwa teknologi bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk membantu proses belajar. Konten edukatif dapat diakses melalui internet, sehingga anak-anak belajar menyaring informasi secara kritis. Meskipun gadget bermanfaat dalam interaksi dan pembelajaran, aturan terkait durasi penggunaannya juga sangat diperlukan untuk memastikan keseimbangan waktu yang dihabiskan secara online dan offline.