Hubungan Antara Usia dan Penurunan Produksi Hormon
Usia memainkan peran penting dalam proses ini. Meskipun folikel rambut bisa sensitif terhadap DHT sejak usia muda, efeknya baru terlihat jelas seiring bertambahnya usia. Saat pria memasuki usia 40-an, perubahan hormonal dalam tubuh mereka bisa mempercepat proses kebotakan. Kadar testosteron mungkin tidak selalu meningkat, tetapi sensitivitas folikel terhadap DHT bisa makin parah. Selain itu, seiring dengan penuaan, siklus pertumbuhan rambut alami juga melambat.
Siklus pertumbuhan rambut terdiri dari tiga fase:
Fase Anagen (Fase Pertumbuhan): Rambut tumbuh aktif.
Fase Katagen (Fase Transisi): Pertumbuhan berhenti.
Fase Telogen (Fase Istirahat):): Rambut rontok.
Pada pria yang mengalami kebotakan, folikel yang sensitif terhadap DHT memiliki fase anagen yang semakin pendek dan fase telogen yang semakin panjang. Ini berarti rambut tumbuh lebih sedikit dan lebih cepat rontok. Efek kumulatif dari proses ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, menjadi sangat terlihat saat pria mencapai usia 40-an, ketika rambut sudah menipis secara signifikan.
Faktor Lain yang Berkontribusi
Meskipun genetik dan hormon adalah penyebab utama, beberapa faktor lain juga bisa memperburuk kondisi kebotakan, seperti:
Pola Makan dan Gizi: Rambut membutuhkan nutrisi yang tepat untuk tumbuh sehat. Kekurangan vitamin dan mineral penting seperti vitamin D, zat besi, zinc, dan protein bisa mempercepat kerontokan rambut. Pola makan yang buruk tidak secara langsung menyebabkan kebotakan pola pria, tetapi bisa memperburuk kondisinya.
Stres Berlebihan: Stres kronis bisa memicu kondisi yang disebut telogen effluvium, di mana banyak folikel rambut memasuki fase istirahat secara prematur, menyebabkan kerontokan rambut yang masif. Meskipun kondisi ini biasanya sementara, stres bisa memperburuk kebotakan genetik.