Namun perlu dicatat, pasar utama untuk feature phone masih didominasi oleh wilayah seperti Timur Tengah, Afrika, dan India. Data dari Counterpoint Research menunjukkan bahwa pada tahun lalu, sekitar 80% pasar feature phone global berasal dari kawasan tersebut.
Sementara itu, situasi di Indonesia memperlihatkan dinamika yang tak kalah menarik. Pasar smartphone di tanah air mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir akibat melemahnya daya beli masyarakat. Laporan dari IDC melalui Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker mencatat bahwa pengiriman unit smartphone di Indonesia turun 14,3% pada tahun 2023, hanya mencapai angka 35 juta unit.
Namun, keadaan mulai berbalik arah sepanjang tahun 2024. Indonesia mencatat pertumbuhan pasar smartphone sebesar 15,5% secara tahunan (year-on-year/YoY), dengan total hampir mencapai 40 juta unit. Pemulihan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri yang sebelumnya mengalami tekanan akibat pandemi dan penurunan daya beli.
Pertumbuhan ini utamanya didorong oleh lonjakan di segmen ultra low-end, yakni ponsel dengan harga di bawah Rp 1,6 juta. Transsion, merek yang semakin populer di Indonesia, memimpin segmen ini dengan berbagai produk terjangkau yang menyasar konsumen menengah ke bawah.
Segmen kelas menengah, yang terdiri dari ponsel dengan rentang harga antara Rp 3,2 juta hingga Rp 9,8 juta, juga menunjukkan perkembangan yang solid dengan pertumbuhan mencapai 24,9% YoY. Di sini, OPPO menjadi pemimpin pasar berkat strategi distribusi dan pemasaran yang agresif.
Sebaliknya, smartphone kelas atas justru mengalami penurunan signifikan. Ponsel dengan harga di atas Rp 10 juta mengalami kontraksi sebesar 9,2%. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh pelarangan penjualan iPhone 16 pada kuartal keempat 2024, yang tentunya memukul segmen premium cukup keras.
Meski begitu, ada kabar baik di sisi teknologi jaringan. Pangsa pasar ponsel dengan dukungan 5G meningkat secara signifikan. Jika pada 2023 hanya 17,1% dari pasar yang menggunakan 5G, maka pada 2024 angkanya melonjak menjadi 25,8%. Peningkatan ini didorong oleh peluncuran model-model baru yang menawarkan konektivitas 5G dengan harga lebih terjangkau, serta makin meluasnya jangkauan jaringan 5G di berbagai wilayah Indonesia.